Aktivis Milenial Luncurkan Buku Kritik Puisi Fadli Berjudul 'Syahwat Politis yang Puitis'
Sunday, December 16, 2018
Add Comment
saat diskusi berlangsung
Yogyakarta - Himpunan Aktivis
Milenial Indonesia (HAM-I) melalui HAM-I Publishing selenggarakan kegiatan
Launching dan Diskusi Buku "Syahwat Politis yang Puitis: Kritik atas
Puisi-Puisi Fadli Zon" pada Sabtu (15/12/2018) di Cafe Sastra Basabasi,
Jalan Sorowajan Baru, Bantul, Yogyakarta. Kegiatan yang diikuti ratusan peserta
dari sejumlah komunitas sastra di Jogja itu berjalan ramai dan tertib.
Hadir
sebagai narasumber dalam kegiatan itu Muhammad Azwar, sastrwan sekaligus
penikmat puisi yang juga jadi kontributor dalam buku itu, dan Reza Nufa, novelis dan pengkaji sastra
Yogyakarta. Kegiatan diskusi dipandu langsung oleh Muafiqul Khalid, esai muda
Jogja.
Ketua
penyelenggara, Muchlas J. Samorano, menjelaskan, Wakil Ketua Umum Partai
Gerindra sekaligus Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo
Subianto-Sandiaga Uno, Fadli Zon, beberapa waktu terkahir galib menggubah sajak
yang diunggah di media sosialnya. Meski memiliki latar karir kesusastraan,
Fadli telah menympitkan entitas puisi sekadar sebagai kepentingan syahwat
politiknya.
"Puisi
Fadli yang ditulis akhir-akhir ini sedang merusak nuansa estetis dan dan pesan
universal dari sastra. Puisi Fadli yang bertajuk "Ada Genderuwo di
Istana", misalnya. Alih-alih menyampaikan pesan universal ihwal
kemanusiaan, puisi tersebut justru terjebak dalam narasi kenyinyiran,"
ungkap Sekjen HAM-I tersebut.
"Bagi
Fadli Zon, puisi tidak lagi bermakna mulia. Fadli menganggap puisi hanya
menjadi kreatifitas berkata-kata. Dengan begitu, Fadli memperlakukan puisi
sekenanya. Padahal, Fadli pasti tahu bahwa dalam sejarahnya puisi ditempatkan
di tempat yang agung. Fadli pasti tahu, karena keagungan, puisi Johann Wolfgang
Goethe, dijadikan sumber spirit oleh bangsa-bangsa Eropa modern," terang
Muchlas.
Bagi
Muchlas, buku kumpulan esai bertajuk "Syahwat Politis yang Puitis: Kritik
atas Puisi-Puisi Fadli Zon" itu untuk menyadarkan Fadli, bahwa puisi bukan
sekadar bualan yang tiba-tiba. Buku yang ditulis oleh puluhan penulis dan
sastrawan di Jogja itu karena dasar keprihatinan, bahwa Fadli telah meleburkan
syahwat kuasanya ke dalam unsur agung dari puisi.
Buku
itu, kata dia, akan dikirimkan langsung kepada Fadli Zon sebagai kado akhir
tahun dan alarm atas usaha kreatifnya yang memilukan di jagad sastra tanah air.
Dia berharap, Fadli taubat dengan tidak lagi menggubah puisi-puisi kenyinyiran
tersebut.
Puisi
untuk Ditertawakan
Reza Nufa, novelis dan penikmat sastra,
menjelaskan bahwa puisi yang ditulis Fadli Zon beberapa waktu terakhir adalah
puisi yang lucu, bahkan minus nilai. Puisi Fadli, kata Reza, seperti puisi
lawakan yang diunggah untuk publik melalui Twitter untuk ditertawakan. Bahkan,
puisi yang ditulisnya itu tidak memiliki esensi estetik samasekali.
“Bahkan, naifnya, puisi yang diunggah di
Twitter Fadli itu banyak dibaa dan disebar luas. Padahal jika ditelisik unsur
ekstrinsik dan intrinsik dari puisi itu, kacau. Karena itu, bagi Saya, puisi
Fadli tidak memenuhi syarat sebagai puisi,” ujar redaktur Basabasi.co itu.
Selain itu, Reza menyebutkan, masyarakat
sastra di Indonesia memang mesti mengkritisi setiap produk kreatifitas,
termasuk puisi Fadli. Meski begitu, kata Reza, dirinya tidak hendak menyudutkan
Fadli, tetap produk estetiknya mesti dikritisi.
Sementara Muhammad Azwar, sastrawan muda
Yogyakarta, menjelaskan bahwa puisi yang digubah Fadli sekadar memenuhi unsur
tipologi, yakni bahasa yang puitis dan bentuk yang sedikit. Selain itu, kata
Azwar, Fadli telah memotong nilai agung daripad puisi. Padahal, kata Azwar,
puisi bukan sekadar susunan kalimat yang hadir tiba-tiba. Ada nilai yang
dihadirkak untuk direnungkan publik pembaca.
“Saya tidak menemukan Fadli mencoba
merunut prinsip estetik melalui puisinya. Saya melihat puisi Fadli sekadar
umpatan politik dan kenyinyiran yang dipoles istilah-istilah puitis,” jelas
Azwar.
Tak hanya itu, lugas
Azwar, puisi Fadli adalah bukti bahwa peradaban kesastraan di Indonesia masih
miskin. Bagi Azwar, Fadli memang melahirkan fenomena baru dalam jagad sastra,
tetapi sejarah baru tersebut menunjukkan kepongahan.
Repoter : Jurnalis Ashrambangsanews
0 Response to "Aktivis Milenial Luncurkan Buku Kritik Puisi Fadli Berjudul 'Syahwat Politis yang Puitis'"
Post a Comment