Aktivis Milenial Luncurkan Buku Kritik Puisi Fadli Berjudul 'Syahwat Politis yang Puitis'


saat diskusi  berlangsung
Yogyakarta - Himpunan Aktivis Milenial Indonesia (HAM-I) melalui HAM-I Publishing selenggarakan kegiatan Launching dan Diskusi Buku "Syahwat Politis yang Puitis: Kritik atas Puisi-Puisi Fadli Zon" pada Sabtu (15/12/2018) di Cafe Sastra Basabasi, Jalan Sorowajan Baru, Bantul, Yogyakarta. Kegiatan yang diikuti ratusan peserta dari sejumlah komunitas sastra di Jogja itu berjalan ramai dan tertib.

Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan itu Muhammad Azwar, sastrwan sekaligus penikmat puisi yang juga jadi kontributor dalam buku itu, dan  Reza Nufa, novelis dan pengkaji sastra Yogyakarta. Kegiatan diskusi dipandu langsung oleh Muafiqul Khalid, esai muda Jogja.

Ketua penyelenggara, Muchlas J. Samorano, menjelaskan, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Fadli Zon, beberapa waktu terkahir galib menggubah sajak yang diunggah di media sosialnya. Meski memiliki latar karir kesusastraan, Fadli telah menympitkan entitas puisi sekadar sebagai kepentingan syahwat politiknya.

"Puisi Fadli yang ditulis akhir-akhir ini sedang merusak nuansa estetis dan dan pesan universal dari sastra. Puisi Fadli yang bertajuk "Ada Genderuwo di Istana", misalnya. Alih-alih menyampaikan pesan universal ihwal kemanusiaan, puisi tersebut justru terjebak dalam narasi kenyinyiran," ungkap Sekjen HAM-I tersebut.

"Bagi Fadli Zon, puisi tidak lagi bermakna mulia. Fadli menganggap puisi hanya menjadi kreatifitas berkata-kata. Dengan begitu, Fadli memperlakukan puisi sekenanya. Padahal, Fadli pasti tahu bahwa dalam sejarahnya puisi ditempatkan di tempat yang agung. Fadli pasti tahu, karena keagungan, puisi Johann Wolfgang Goethe, dijadikan sumber spirit oleh bangsa-bangsa Eropa modern," terang Muchlas.

Bagi Muchlas, buku kumpulan esai bertajuk "Syahwat Politis yang Puitis: Kritik atas Puisi-Puisi Fadli Zon" itu untuk menyadarkan Fadli, bahwa puisi bukan sekadar bualan yang tiba-tiba. Buku yang ditulis oleh puluhan penulis dan sastrawan di Jogja itu karena dasar keprihatinan, bahwa Fadli telah meleburkan syahwat kuasanya ke dalam unsur agung dari puisi.

Buku itu, kata dia, akan dikirimkan langsung kepada Fadli Zon sebagai kado akhir tahun dan alarm atas usaha kreatifnya yang memilukan di jagad sastra tanah air. Dia berharap, Fadli taubat dengan tidak lagi menggubah puisi-puisi kenyinyiran tersebut.

Puisi untuk Ditertawakan

Reza Nufa, novelis dan penikmat sastra, menjelaskan bahwa puisi yang ditulis Fadli Zon beberapa waktu terakhir adalah puisi yang lucu, bahkan minus nilai. Puisi Fadli, kata Reza, seperti puisi lawakan yang diunggah untuk publik melalui Twitter untuk ditertawakan. Bahkan, puisi yang ditulisnya itu tidak memiliki esensi estetik samasekali.

“Bahkan, naifnya, puisi yang diunggah di Twitter Fadli itu banyak dibaa dan disebar luas. Padahal jika ditelisik unsur ekstrinsik dan intrinsik dari puisi itu, kacau. Karena itu, bagi Saya, puisi Fadli tidak memenuhi syarat sebagai puisi,” ujar redaktur Basabasi.co itu.

Selain itu, Reza menyebutkan, masyarakat sastra di Indonesia memang mesti mengkritisi setiap produk kreatifitas, termasuk puisi Fadli. Meski begitu, kata Reza, dirinya tidak hendak menyudutkan Fadli, tetap produk estetiknya mesti dikritisi.

Sementara Muhammad Azwar, sastrawan muda Yogyakarta, menjelaskan bahwa puisi yang digubah Fadli sekadar memenuhi unsur tipologi, yakni bahasa yang puitis dan bentuk yang sedikit. Selain itu, kata Azwar, Fadli telah memotong nilai agung daripad puisi. Padahal, kata Azwar, puisi bukan sekadar susunan kalimat yang hadir tiba-tiba. Ada nilai yang dihadirkak untuk direnungkan publik pembaca.

“Saya tidak menemukan Fadli mencoba merunut prinsip estetik melalui puisinya. Saya melihat puisi Fadli sekadar umpatan politik dan kenyinyiran yang dipoles istilah-istilah puitis,” jelas Azwar.

Tak hanya itu, lugas Azwar, puisi Fadli adalah bukti bahwa peradaban kesastraan di Indonesia masih miskin. Bagi Azwar, Fadli memang melahirkan fenomena baru dalam jagad sastra, tetapi sejarah baru tersebut menunjukkan kepongahan.

Repoter : Jurnalis Ashrambangsanews

0 Response to "Aktivis Milenial Luncurkan Buku Kritik Puisi Fadli Berjudul 'Syahwat Politis yang Puitis'"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel