Kopi, Sastra, dan Kegilaan Politik

Screenshot_2017-12-21-02-30-44-928_com.miui.video
Gambar oleh: Crew Ashrambangsanews
Ashrambangsanews. Kegilaan merupakan suatu yang wajar jika berhadapan dengan sastrawan apa lagi politisi, keduanya sama-sama punya karakter yang nyaris berbeda dengan manusia normal pada umumnya.

Melihat carut-marut yang terjadi di negeri ini, sastra mengambil sikap untuk ikut serta dalam kontestasi politik yang ada. Mana yang lebih menentukan? Sastra yang meng-galau-kan atau politik yang menggelikan?

Dengan demikian, pada Rabu malam (20/12/2017) di kafe Basa-basi, Jln. Sorowajan, Bantul, Yogyakarta, hadir menjawab tantangan itu, dialog terbuka dengan tema yang bertajuk “Agus Noor, Sastra, dan Kegilaan Politik” nampak sangat meriah dan menarik diikuti. Sebab, acara itu dihadiri langsung oleh Agus Noor,  penulis buku yang berjudul Lelucon Para Koruptor, adalah buku yang merespon kegilaan sosial politik dengan cara meledeknya dan menjadikannya lelucon.

Oleh karenanya, acara tersebut tidak hanya di hadiri oleh kalangan mahasiswa saja, tapi juga masyarat penikmat litersi berbondong-bondong memenuhi warung kopi yang baru berdiri beberapa  Minggu yang lalu itu.

Tujuan di adakannya diskusi tersubut tentunya merupakan sebuah bentuk kepedulian Mas Edi Molyono (pemilik kafe) untuk menghidupkan sastra tanah air agar bisa bersaing di kancah internasional.

Diskusi kesusastraan yang digelar kali pertama tersebut adalah langkah awal Mas Edi untuk menyempurnakan i'tikad baiknya, menjadikan warung kopi sebagai wadah untuk mengembangkan diri dengan membaca dan menulis.

"Acara dialog kesusastraan ini adalah yang pertama dan akan dilaksanakan setiap dua bulan sekali" kata Mas Edi dalam pidato sambutannya.

Sejak awal, warung kopi Basa-Basi memang hadir dengan nuansa yang berbeda, Kafe tersebut dilengkapi perpustakaan, dan juga lukisan-lukisan​ buku yang bisa menghipnotis  setiap yang datang akan membaca. sehingga banyak dari kalangan mahasiswa khususnya penikmat kopi yang gemar membaca buku mendatangi tempat tersebut. Seakan tak kalah saing dengan lembaga pendidikan, bukan?


Reporter: Rz. warits Abd

0 Response to "Kopi, Sastra, dan Kegilaan Politik"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel