Monolog Rumah Tua | Puisi-puisi Rismawati

Sumber foto: Quora 

Monolog Rumah Tua

"Kau tahu apa yang paling aku takutkan? Selangkah lebih dari ini, maka semua akan hancur berantakan."

Mari kita ingkari kesepakatan antara tulang rusuk yang retak dan skema luka yang mengaliri percakapan kita; tentang gambaran tawa yang melengkung di bibirmu, juga pelangi semu yang menjelma harapan di gagang pintu.

Lalu kita berupaya mengurai rasa, pada dinding tua yang warnanya dipaksa tiada, sepertinya aku sedang mencoba dengan sepenuh upaya, agar ronamu tak lagi hadir di depan mata, meski kutahu ucapku hanya bualan semata; sejujurnya aku jatuh cinta.

Usai itu, aku begitu akrab menemani puisi yang lahir dari rahim sepimu

Kau berkali-kali mengerang kesakitan, sedang aku hanya menebak-nebak jarum jam bergerak

Kapan pintu dadamu terbuka?

ada tangis menyeruak, memintaku masuk seperti angin sahaja dalam dekapnya

Sepasang kupu-kupu hinggap di jendela

Kedua sayapnya menuding langit, keindahan ini kita sendiri yang ciptakan. Tiba-tiba ada kehangatan mengalir dari sudut mata; air mata lelaki adalah persembahan sempurna untuk merayakan cinta yang terlanjur ada.


Angka yang Terluka 

Matematika adalah puisi luka yang menimba kuadrat dari sumur yang sama, 

Cinta tak punya banyak hati,namun cinta mampu memeluk rasa tanpa memiliki.

Aljabar,mungkin kamu sudah menemukan angka lain yang sudah menjadi takdir,

Tapi percayalah bahwa aku akan tetap disini menunggumu tanpa batas akhir.

Ini bukan lagi tentang kehilanganmu yang sudah polinomial dalam kepedihan.

Namun ini rasa ikhlas yang kau ajarkan dlu pada pertidak samaan,ingat tidak ada angka yang curang, namun selalu ada angka yang terbuang,dan angka itu adalah aku,yang pernah memeluk akar-akarmu.

Aljabar, mungkin kau tidak akan menemukanku kembali pada teori yang sama,tapi percayalah angka yang terluka masih milikmu, sekalipun kita hanya sebatas masalalu.

Penulis: Rismawati, Prodi Matematika.

0 Response to "Monolog Rumah Tua | Puisi-puisi Rismawati "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel