CERPEN: Ketika si Bodoh menjadi Pimpinan Hutan

1000 DONGENG
Subuh adalah harapan baru bagi hewan-hewan yang ada di hutan, kokok ayam terdengar dengan lantang, sementara desah kabut membuat Kungkang terbangun dari nyenyaknya. Bagaskara mulai memancarkan sinarnya, Trucukan mengiringi dengan melantunkann ayat demi ayat seolah menyapa pagi.

Pagi pun tiba, aktivitas di hutan berjalan dengan semestinya.  Tepat pada hari itu berkumpulah semua warga yang ada di hutan untuk mendiskusikan siapa yang akan mengantikan raja hutan, Singa yang sudah menjabat dua tahun menjadi pemimpin hutan, dua bulan belakangan ini sudah tidak muncul lagi, entah kemana? semua warga hutan sudah mencarinya. Namun tetap tak ada hasil.

Warga di situ sepakat bahwa harus ada penggantinya, biar daerahnya tetap aman, nyaman dan tentram.  bahaya-bahaya yang kemungkinan menimpa warga hutan jika ada pemimpin akan berpotensi berkurang.

Nah, disitulah dirembukkan siapa yang akan bersedia menjadi penggantinya, namun harus sesuai dengan krtiteria dan kultur yang berlaku di hutan tersebut.

Si kera mengusulkan agar Srigala yang menjadi pengganti Singa, semua forum terdiam. Di sela-sela sunyi itu, Kucing membuka suara dan menanyakan perihal rasionalisasi tentang usulan yag di sampaikan oleh Kera.

Tanpa berlama-lama si Kera menjawab, mengapa ia mengusulkan Srigala, karena Srigala lah menurut pandangaannya yang mampu mengamankan kehidupan di hutan. Tak hanya itu, Kera juga menyampaikan bahwa ke unggulan Srigala dari warga-warga yang lain adalah mengenai kecerdasan, staminanya yang kuat, dan yang paling Kera banggakan tentang Srigala adalah kemampuan dalam membuat strategi dalam berburu. Maksud Kera jika Srigala menjadi pemimpin maka kehidupan di hutan akan tentram dan aman.

Jerapah yang menjadi pembuka diskusi pun menanyakan pada warga-warga yang lain siapa tahu ada usulan. Dengan nada lirih, Murai menyuarakan ekspresinya, ia mengusulkan yang pantas menjadi pengganti Singa adalah Si Gajah, dengan rasionalisasi bahwa hewan yang mempunyai badan kekar ini mempuyai daya ingat yang kuat, penciuman yang kuat, dan yang terpenting bahwa si Gajah mempuyai sifat sosial yang tinggi. Artinya jika Gajah menjadi pemimpin otomatis budaya silaturrahim akan terealisasikan meski tiap waga mempunyai kesibukan masing-masing. Dan apabila silaturrahim berjalan maka semuanya tentram, di tambah lagi semua warga akan murah rezeki dan umurnya akan panjang.

Setelah Murai menyapaikan ekspresinya dan rasionalisasinya, tanpa di duga Siput pun angat bicara, padahal yang sebelum-sebelumnya ketika ada rapat, Siput tidak pernah bicara, untuk kali ini ia bersuara dan mungusulkan agar si Kuda yang menjadi pemimpin. Biar forum tidak pasif, jerapah pun menanyakan rasionalisanya. Siput mejelaskan dengan pelan, para warga hutan mendengarkan dengan seksama, “saya mengusulkan Kuda menjadi pemimpin karena Kuda mempunyai badan yang kekar, dan peringainya yang sangat lembut, kita ketahui bersama bahwa semua warga yang ada di hutan ini sangat menghormatinya”.

Semua warga diam mendengar ucapan Siput. Tanpa disadari diskusi tentang pemimpin sudah memakan waktu yang begitu lama, Bagaskara melambaikan tangan seraya memberikan aba-aba bahwa ia tidak akan menemani warga hutan berdiskusi menganai kepemimpinan. Hutan mulai muram. Kelinci mengangkat bicara agar diskusi ini di skorsing sampai besok pagi, semua warga pun sepakat. Dan semuanya kembali pada tempat masing-masing.

Keesokan harinya, diskusipun dilanjut, Jerapah tetap menjadi pimpinan diskusi, ia membacakan usulan-usulan dari warga, yakni; ada Srigala, Gajah, dan Kuda. Tanpa di ketahui sebenarnya yang ingin menjadi pemimpin hutan adalah si Jerapah, tapi tidak ada yang mengetahuinya selain si Anjing. Sebelum-sebelumnya Jerapah tak pernha hadir dalam rapat apapun mengenai hutan, numun setelah Jerapah tahu bahwa Singa sudah tak muncul lagi dan akan ada pemilihan penggantinya, Jerapah pun pasang muka. Yang semula tak pernah hadir kali ini ia dengan pedenya meminta agar dirinya untuk menjadi memimpin jalannya diskusi, dengan harapan warga memandang Jerapahlah yang mempunyai jiwa-jiwa kepemimpinan.  Namun tak ada yang memerhatikan.

Semua sepakat bahwa dari tiga usulan tersebut untuk dijadikan calon pemimpin hutan. Perlu diketahui bahwa sistem yang digunakan dihutan tersebut adalah sistem demokrasi. Maka disepakatilah pemilihan pemimpin hutan akan berangsung tiga hari lagi.

Hari itu, masing-masing yang mengusulkan nama-nama calon mulai menjalankan strategi politiknya. Semua berharap nama yang di usulkan itulah yang akan menang. Kera, yang berteman dekat dengan kerbau meminta agar pas pemilihan berlangsung agar memilih Srigala. Sebenarya Kerbau tidak setuju apabila Srigala yang akan memimpin hutan, namun karena merasa tidak enak dengan teman karibnya, Kerbau pun mengiyakannya.

Murai juga mempuyai harapan yang sama, ia mulai mengumpulkan semua spesies burung dan mengajak untuk memilih Gajah sebagai pemimpin Hutan, semuanya hanya mengangguk entah setuju atau hanya pura-pura. Murai pun sangat yakin sekali bahwa calon yang diusugnya yang akan menang.

Siput pun tak mau kalah, jika yang lain menggunakan startegi pertemanan, maka Siput memlih untuk menggunakan strategi pecah bambu. Siput mulai melancarkan strateginya dengan menyebarkan isu-isu yang di buatnya, ia menyebarkan isu bahwa antara Srigala dan Gajah itu sebenarnya sekongkol, keduanya memang mempunyai niatan untuk menjadi penguasa hutan, namun keduanya sudah melakukan lobiying, yakni Srigala yang akan menjadi pemimpin hutan. Sebagai imeng-imeng untuk Gajah, jika Srigala menjadi pemimpin semua kebutuhan Gajah akan terfasilitasi oleh Srigala. Kera dan Murai memang suruhan dari Srigala untuk jadi tim suksesnya.  Isu-isu itulah yang disebar siput pada warga Hutan, mayoritas warga hutan percaya dengan isu yang disebarkan.

Isu yang di buat oleh Siput nampaknya berhasil, semua warga hutan mulai membicarakan si Srigala dan Gajah. Tak hanya itu, antara Murai dan Kera pun mulai memanas, Kera beranggapan bahwa informasi ini didalangi oleh Murai, pun sebaliknya.

Sebelum pemilihan, seperti biasanya ada debat kandidat, menyampaikan visi-misi dari tiap calon. Debat di taruh di dekat danau, semua warga hutan berbondog-bondong untuk melihat para calon pemimpinnya. Semua calon menyampaikan dengan percaya diri.

Peyampaian visi-misi pertama kali di mulai dari Srigala, dilanjut dengan Gajah dan yang terakhir adalah Si Kuda. Karena banyak warga yang termakan isu yang dilontarkan oleh Siput, maka saat Srigala dan Gajah menyampaikan Visi-misinya, kebanyakan warga hanya diam, bahkan tidak menghiraukan. Para warga sudah 90% lebih percaya pada si Kuda. Namun saat si Kuda menyampaikan visi-misinya para warga tercengang, karena calon pemipin yang di sampaikan si Siput tidak sesuai dengan realitas yang ada. Penilaian warga terhadap Kuda salah, si kuda bukan hanya gugup dalam menyampaikan visi-misinya. Lebih parahnya lagi saat Kuda menyampaikan pidato politiknya dia malah tidak serius, dan hal itulah yang menyebabkan warga di situ tidak lagi percaya pada Si Kuda.

Setelah debat kandidat, semua warga hutan berkumpul lagi dan membahas mengenai calon pemimpin hutan satu tahun kedepannya. Karena semua warga sepakat bahwa calon yang tiga itu masih belum memenuhi karakteristik yang pas untuk jadi pemimpin hutan, maka perlu ada pembahasan lanjutan mengenai calon-calon baru yang harus di tawarkan. Semuanya sepakat.

Lagi-lagi jerapah menampakkan batang lehernya, saat semua warga setuju untuk mmencari calon-calon baru, si Anjing bersuara dengan gonggongan khasnya, ia menguslkan Jerapah yang memang pas untuk menjadi pemimpin hutan. Seperti biasa semua yang menguslkan harus di landasi dengan rasionalisasi yang jelas. Anjing menyampaikan terkait mengapa ia mengopsikan Jerapah, karena dalam diri Jerapah terdapat jiwa-jiwa kepemimpinan, contohnya yang selalu memimpin rapat dari kemarin adalah jerapah, ada warga hutan yang mulai terbawa dengan pendapat Anjing dan ada yang tidak.

Tak hanya Anjing yang mengusulkan calon, Ular pun juga, ia mengusulkan agar Kambinglah yang menjadi pemimpin hutan, dengan alasan kambing memiliki kecerdasan diatas rata-rata, dan mampu memecahkan berbagai permasalahan “artinya jika kambing yang menjadi pemimpin hutan, maka semua permasalahan yang ada dalam hutan ini akan terselesaikan dengan aman” ujar Ular.

Kancil yang di kenal dengan bijak juga angkat bicara, “jika nantinya disepakti lagi mengenai dua calon, saya rasa hal ini perlu di seleksi dengan ketat, agar kejadian yang sebelumnya tidak terulang kembali, calon pemimpin inilah yang akan menahkodai hutan ini selama setahun kedepannya, maka dari situlah kita harus membuat tim penyeleksi, itu usulanku”, ucap Sikancil

Ternyata semua warga hutan sepakat dengan usulan kancil, maka hari itu di bentuklah tim penyeleksi calon yang berangotakan tiga penyeleksi, dari kelima itu sudah lengkap, ada perwakilan dari kawasan perairan, yakni buaya, dari udara, capung. Ulat dari dedaunan.

Kelima tim itulah yang menyeleksi hingga pada akhirnya antara Jerapah dan Kambing, keduanya sesuai dengan persayaratan-persyaratan yang telah di tetapkan. Karena yang tiga calon sebelumnya tidak masuk maka siatuasi hutan semakin panas.

Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba, setelah debat kandidat berlanjutlah dengan pemilihan sacara umum, semua warga berhak memilih antara kdua paslon, Dalam pemilihan tersebut ada yang memainkan suap dengan cara memberikan makanan pada setiap hewan-hewan yang akan memilih. Bisa dikatakan warga hutan masih terlalu bodoh untuk memilih pemimpin, krena masih terpeengaruh oleh sistem suap. Yang melancarkan strategi suap adalah si Kambing. Berbeda dengan Jerapah yang hanya menggunakan strategi pertemanan. Sampailah tiba pada penghitugan suara, dan Kambinglah yang terpilih menjadi pemimpin hutan.

Seiring berjalannya waktu, kumpul warga hutan pun tiba, kambing selaku pemimpin hutan memandu jalannya rapat dan menyampaikan anyak terimaksih pada warga hutan karea telah memberikan kepercayaan kepadanya. Selanjutnya mebahas mengenai bagaimana kesejahteraan warga hutan, hal apa yang perlu di benahi dari pemimpin yang sebelumnya.

Dari situlah ketahuan, bahwa kambing memang bukan sosok seorang pemimpin, ia tidak tahu bagaimana garis besar yang harus di sampaikan waktu rapat dengan warga-warga hutan, ia nampak kebingungan. Seperti anak bebek yang di tiggalkan induknya. Saat itulah semua warga yang ada di hutan paham, bagaimana memilih pimpinan tidak boleh di tukar dengan suap.

Kancil selaku hewan yang pandai dan bijak, menelusuri mengapa Kambing bisa terpilih menjadi pemimpin hutan, ternyata warga hutan masih bisa di kelabuhi dengan suap.

Alih demi laih kancil terus menelusuri siapa yang bermain dibalik Kambing, pada akhirnya semuanya terbongkar, dibalik kambing, ternyata ada Beruang.

Kancil tahu bahwa Kambing hanya di menfaatin oleh Beruang untuk dijadikan kendaraan politiknya. Ternyta waktu pemlihan yang sebelumnya ada dua calon yakni Singa dengan Rivalnya Beruang, tapi yang terpilih adalah Singa.

Setelah kumpul warga hutan Kancil pun berpesan “hati-hatilah dalam memilih pemimpin, satu tahun kedepan jangan kau tukar dengan sesuap makanan, ingat…..! Jika Seribu kambing di pimpin oleh se ekor hariamu, maka semuanya akan mengaum. Tetapi jika seribu harimau di pimpin se ekor kambing maka semuya akan ikut embeeee…..k.”.

-Jangan berlagak harimau jika kelakuanmu masih seperti kambing hutan-

Yogyakarta, 4 November, 2022

Penulis: M. Abrori Riki Wahyudi, Korp Galiansa.

0 Response to "CERPEN: Ketika si Bodoh menjadi Pimpinan Hutan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel