ANONYMOUS PSYCHOPATH

Ashrambangsanews
Pukul 23.21

Sebenarnya pesta ini belum berakhir tapi aku memutuskan pulang duluan dengan temanku. Daripada ibuku terus mengomel ditambah aku pulang sendirian, karna pacarku Doni tidak dapat mengantarku pulang malam ini lagi-lagi alasannya tugas diluar kota, entah bohong atau hanya alasan. Ah sudahlah.

“Livy kamu yakin pulang sendiri dengan kondisimu seperti ini?.” Tanya Shora.

“Sendirian lah, santai aja aku bisa.” Jawabku.

“Kamu yakin?.” Tanya Shora memastikan.

“Nggak usah banyak Tanya udah pulang sana.” Jawabku meyakinkan Shora.

“Oke ati-ati ya, kabari ya kalo dah sampai. Bye Beb.” Kata Shora memeluku erat.

Aku dan Shora pulang dengan arah yang berlawanan, kebetulan tempat pesta malam ini tak jauh dari rumahku. aku memtuskan untuk jalan kaki, sesampainya di pertigaan, seharusnya aku memilih lurus yang menembus jalan raya pastinya lebih terang dan lumayan ramai. Entah mengapa aku berfikir untuk belok ke kiri melewati gang kecil yang gelap dan sepi. Belum ada 5 menit aku berjalan, tiba-tiba ada orang yang memukulku hingga aku tak sadarkan diri.

Pukul 01.16

Pertama kali aku membuka mata dengan kondisi yang masih setengah mabuk, aku sudah di sugguhkan dengan kondisi tubuhku yang luka-luka di ruangan kosong nan remang-remang.

“Hallo sayang.” Seorang pria menyapa ku.

Belum sempat aku melihat wajahnya, ia sudah langsung menamparku, memukulku berulangkali, menyeretku dan melemparkanku hingga punggungku terasa remuk. Hal ini membuatku bingung dan ketakutan tapi aku tak bisa berkata apapun karena sebuah kain membalut mulutku dengan kencangnya. Hal yang membuatku takut ketika pria itu mencoba menghidupkan sebuah gergaji. Untung saja kaki dan tanganku tidak diikat jadi ketika ia sibuk dengan gergajinya aku mencoba kabur dan melepaskan ikatan di mulutku.

“Tolong, siapapun tolong aku.” Teriakku kencang dengan kondisi setengah mabuk ini kupaksa agar sadar sepenuhnya, berlari menuju pintu untuk mencoba kabur dari seorang pria yang tak kuketahui identitasnya, aku masih tak habis pikir kenapa ia melakukan ini padaku. Menyeretku, melemparku, memukulku segala penyiksaan ia berikan padaku di malam ini. sebenarnya apa salahku?.

Akhirnya aku sampai di depan pintu sayangnya pintu itu terkunci dan pria itu berhasil menagkapku. Kali ini aku tak hanya dilempar tapi pria itu juga membenturkan kepalaku ke pintu beberapa kali lalu menjambakku dan menyeretku kedapur.

"Tolong lepaskan aku, mengapa kau melakukan ini padaku?." Rengekanku berulang kali.

Hingga akhirnya aku tersungkur di bawah meja makan cepat-cepat tanganku meraih pisau yang jatuh dari meja tepat di depan mataku.

"Jangan mendekat." Teriakku sambil menodongkan pisau kepria itu.

"Shutt, letakkan itu sayang, teralu bahaya untukmu." Jawabnya.

"Kumohon, aku ingin pulang." Pintaku.

Namun pria itu hanya tertawa bahkan meraih tanganku dan hendak mengambil pisau yang ku genggam erat ini. Naasnya tenagaku kalah dengannya, ia membalikan pisau untuk menyerangku, mengarahkan pada mataku kemudian turun ke dadaku.

"Ini adalah area jantungmu, jika ditusuk dengan benar, kau akan mati dalam hitungan detik sayang." kata pria itu sambil tertawa.

"Aakkk" teriakku terdengar pasrah tapi bertenaga karna berusaha dengan tangan penuh darah menahan pisau yang diarahkan ke jantungku.

"Hemoragi, kau pernah dengar sayang?" Sambil mengarahkan pisaunya ke area dimana hatiku berada.

"Kau tau arteri hepatik? Disinilah levermu berbeda sayang, ada arteri besar disini. Yang bisa kupastikan ini akan sangat lembut dan mudah untuk dirobek karna usiamu masih sangat muda." Kata pria itu menakutiku.

Namun disinilah kecerobohanku akibat tanganku tak kuasa menahan sakit akibat pisau itu, kukerahkan tenagaku melempar pisau itu dan mencoba mendorong pria itu dengan menggerakkan kedua kakiku, sayangnya pisau itu malah menusuk bagian pahaku.

"Oh tidak, aku tak berniat benar-benar menyakitimu sayang, kau malah memilih menyakiti dirimu sendiri." Kata pria itu mendekat kewajahku sambil mengelus pipiku.

"Apakah ini sakit sayang? Bersabarlah ini hanya permulaan." bisiknya.

Tanganku mencoba untuk menarik pisau itu karena kurasa terlalu dalam hingga tak tertahan lagi rasa sakitnya.

"Sayangku, jika kamu lepaskan pisau itu , kau akan kehilangan banyak darah." Kulepaskan tanganku dan berusaha untuk merangkak kearah pintu.

"Kamu terlalu nakal sayang, jika kau terus bergerak pisaunya akan memotong otot, pembuluh darah bahkan sarafmu dan kamu tau apa akibatnya." Katanya.

"Dan ini tidak akan menarik untuku karna kamu begitu cepat untuk mati, beri aku kepuasan terlebih dahulu sebelum menemui ajalmu." Sambungnya.

Pukul 02.52

Tanpa menghiraukan perkataannya aku terus berlari ke arah pintu dan diam-diam memanggil polisi menggunakan apple watch di sakuku yang dimana baterainya sisa 2%. Sementara pria itu sibuk membersihkan darah yang ada di lantai dapur tadi.

"Livy, dimana kamu?” Panggil pria itu, entah darimana dia mengetahui namaku, atau mungkinkah aku sudah menjadi sasarannya? Lalu mengapa aku? Ada apa denganku?

Belum sempat ku terhubung ke kantor polisi pria itu sudah mengetahuinya yang mengakibatkan ia marah.

"Halo, disini dengan...." Suara pria yang terdengar dari penggilan itu.

"Tolong aku, ada pria yang mau membunuhku, kumohon tolong aku." Teriaku memotong pembicaraan petugas polisi, sebelum pria itu berhasil merebut apple watchku dan menghancurkannya.

Pira itu lagi-lagi menyertku dan membawaku kesebuah ruangan gelap  bahkan aku pun tak dapat melihat apapun disana. Posisi dimana pria yang membawaku saja aku tidak bisa melihatnya. Hanya bau busuk dan amis yang aku rasakan sekarang.

"Doorrr!! Doorrr!!!" Dua kali tembakan yang sepertinya keduanya menembus dada dan leherku. Yang seketika membuatku tersungkur dan bahkan tak dapat mengatur nafasku lagi.

Tiba-tiba lampu menyala menerangi isi ruangan ini. Dengan pandangan yang mulai memudar kulihat seisi ruangan sudah dipenuhi dengan tulang belulang. Bahkan ada satu jasad utuh yang masih tergantung di atas, bahkan jika dilihat kepalanya hampir putus dari badannya. Banyak organ manusia yang berada di dalam toples tersusun rapi di almari-almari itu.  

Malihat ini aku hanya bisa pasrah, mungkin malam ini memang takdirku menjadi mangsa dari seorang prikopat yang tak ku kenali. Hanya penyesalan yang ada dihatiku. Rasa bersalah pada ibuku akibat aku tak mendengarkan nasehatnya. Mungkin jika aku mendengar nasehatnya untuk malam ini saja pasti aku masih dirumah dan memakan sop ayam buatan ibuku. Sayangnya aku terlanjur terlelap dalam pesta bersama teman-temanku dan pulang selarut ini sendirian. Ku berharap jasadku di buang oleh pria ini dan tidak pernah ditemukan, aku tak bisa membayangkan bagaimana ibuku mengadapi ini semua.

"Ibu memaafkan aku."

Lanjut Part 2

Yogyakarta, 2 Februari 2023

Penulis: Tri Mulyaningsih, Kader PMII Ashram Bangs, Korp Cakra Abhiseka.

0 Response to "ANONYMOUS PSYCHOPATH"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel