Menulis: Salah Satu Cara Paling Ideal Untuk Memperingati Hari Sumpah Pemuda Selain Story Pamflet di Whatsapp

Sumber: Gramedia.com


Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan hari yang sangat sakral bagi kaum pemuda, dimana pada hari itu di seluruh penjuru nusantara bersumpah atas nama ibu pertiwi, sumpah yang menyatukan bangsa tentang bagaimana menyatukan pikiran, menyatukan tujuan, menyatukan kekuatan. Ya begitulah, anak muda generasi dulu, idealisme mereka, semangat mereka menyatu dengan darahnya. Namun, sumpah yang begitu sakral setiap tahunnya hanya disimbolkan dengan pamflet, quotes, puisi, di instastory Whatsapp, Fb, dsb. Tak ada yang esensial, penuh makna, apalagi perubahan besar.

Anak muda zaman sekarang akibat didikan manjanya, menjadi cepat rapuh, overthinking tentang bersama siapa ia berjimak dengan halal. Hal ini yang menjadi pemicu “sumpah pemuda” hanya diperingati dengan simbol yang begitu sederhana. Padahal sebenarnya banyak yang bisa anak muda lakukan selain membuat pamflet, menulis misalnya. Yah, menulis, hanya menulis yang bisa membuat umur abadi, selaras dengan kutipannya Imam al-Gozali “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”

Sebenarnya apa sih manfaat menulis?, apakah bisa membuat kaya raya?, apakah bisa membuat kita jatuh hati?. Itulah beberapa alasan anak muda untuk tidak menulis selain tugas makalah di kampus, serta tanda tangan saat absen.

Sebenarnya jika berbicara apa manfaat apabila kita menulis, menurut saya tidak bisa dihitung, karena kenikmatan menulis  akan hadir sesuai dengan karakter si penulis. Berikut beberapa manfaat menulis:

1.    Tempat menuangkan ide dan gagasan

Terkadang, seseorang enggan menulis, dengan alasan bingung bagaimana cara mengekspresikan ide atau gagasannya, dan dari kebingungan itulah ia tidak pernah mau mencobanya, sebenarnya inilah yang menjadi permasalahan, tidak mau mencoba. Sangat disayangkan sekali jika gagasan hanya stagnan dalam pikiran. Percaya atau tidak, menuangkan ide pada suatu tulisan, membuat kepuasan tersendiri  bagi penulisnya, hati menjadi sangat lega karena ide-idenya sudah tersampaikan.

2.      Memperpanjang umur

Ternyata, menulis dapat memperpanjang umur seseorang loh. Buktinya adalah tulisan ini. Jika di distribusikan akan dibaca banyak orang, meski penulisnya sedang tidur nyenyak, tapi karyanya dibaca oleh orang-orang, maka dari situlah nama penulisnya tetap hidup dan  abadi. Generasi-generasi yang selanjutnya  akan membaca tulisan-tulisan tersebut, bahkan jika penulisnya mati, tulisanya akan tetap hidup dan dibaca orang banyak. Disinilah yang menjadi bukti bahwa tulisan memperpanjang umur. mengutip kata Pramoedya Ananta Toer "menulis adalah bekerja untuk keabadian".

3.      Otak menjadi lebih kritis

Saat kita menulis, otak akan bekerja dan mengingat hal-hal yang pernah kita baca atau yang pernah kita alami. dari situlah muncul ide-ide baru  dan referensi untuk ditungkan dalam sebuah tulisan. Jika dimetaforakan sebenarnya otak sama dengan otot, semakin aktif digunakan maka semakin kuat. meningkatkan daya ingat dan kepekaan otak kita.

4.      Meningkatkan kemampuan berbahasa dengan baik

Saat seseorang menulis, ia akan memilih diksi yang cocok dengan kalimat yang di susun, tentunya  sesuai dengan PUEBI (pedoman umum ejaan bahasa Indonesia). Dari sini bisa memperoleh kemampuan bahasa dengan baik dan benar. seorang penulis tentu akan berpikir siapa pembacanya, pada saat inilah seseorang akan menilai, bagaimana bahasa yang ia gunakan dapat mempresuasif pembaca agar terpengaruh dengan tulisannya. Secara tidak sadar, anda yang membaca tulisan ini dari awal sudah terpengaruh bukan? Inilah buktinya.

5.      Dapat uang

Perlu anda tahu tulisan bisa mendapatkan uang jika pintar dalam mendistribusikan pada tempatnya. Sebagai anak kost, mengirim tulisan ke media cetak atau online dapat membantu kalian menambah uang makan. Jika tulisan anda di terima oleh media, tentu nanti ada honornya. Jadi, apa yang anda tunggu untuk mulai menulis.

Para founding fathers Indonesia rata-rata adalah penulis seperti: Moh. Hatta, Tan Malaka dan Ki Hajar Dewantara. Pada masa-masa pra kemerdekaan, perjuangan  Indonesia bukan hanya adu bambu dengan peluru, tapi dengan menulis di koran-koran, buku, dan apa saja yang bisa menghantar tulisan agar bisa di baca oleh rakyat Indonesia.

Dari beberapa argumentasi di atas, menjadi bukti bahwa menulis bisa dijadikan sebagai refleksi untuk memperingati hari sumpah pemuda. Biar tidak hanya sebatas sumpah, seperti sumpah atau janji-janji para pejabat saat ingin mencalonkan dirinya menjadi peminpin, menulis menjadi alternatif paling ideal untuk memperingati hari sumpah pemuda. Kita satukan bangsa ini, kita cerdaskan bangsa ini dengan menulis; karena story pamflet Whatsapp tidak setimpal dengan sakralnya para senior-senior kita dulu.

 

Penulis: Hoirul Anam, Ilmu Hukum, Kader PMII Rayon Asrham Bangsa, Korp Akral Satria.

0 Response to "Menulis: Salah Satu Cara Paling Ideal Untuk Memperingati Hari Sumpah Pemuda Selain Story Pamflet di Whatsapp"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel