Misteri di Balik Kemilau Senja

Oleh: Rz. warits Abd*
Sumber gambar: http://www.kalikening.com
“Karena senja lebih paham dalam perihal berpamitan.”

Ketika seorang penyair dilanda musibah kesedihan, adakah kata yang lebih nyesak dari senja dan air mata? Seperti sepenggal kalimat yang disampaikan Seno Gumira Ajidrma dalam novelnya​, “Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu, Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku.” Begitulah, Seno mempermainkan senja dengan logikanya. Memang terkesan tidak masuk akal, tapi semua itu merupakan sebuah gambaran bahwa senja lebih berharga dari cincin lamaran.

Sejak berawalnya kehidupan, senja selalu diisyaratkan dengan sebuah usia bahwa hari sudah tua, dan matahari akan segera terbenam. Dimana cakrawala menguning keemasan bersiluet jingga di antara mega-mega. Kala itu merupakan fase perpindahan antara terang yang akan digantikan oleh gelapnya malam. Dan senja pun merupakan sebuah tanda bahwa terik matahari harus berganti dengan remang cahaya rembulan.

Senja bukan hanya perihal tentang jarak antara waktu siang dan malam. Bagi seorang penyair, senja sangatlah mahir dalam segi menantang imajinasi. Ia sangatlah beruntung, begitu banyak sekali penulis pernah mencantumkannya ditengah keindahan bait-baitnya. Sehingga berhasil menjadikan senja sebagai hakim yang paling jujur sepanjang peradaban manusia dalam perihal menghakimi kenangan.

Ada banyak sekali kita akan temukan senja bukan hanya dipergantian waktu atau pada persalinan masa. Tapi, di pasar-pasar dan toko-toko, senja ternyata lebih indah. Seperti karya Seno Gumira Ajidarma, dengan antologi cerpennya yang bertajuk: Seopotong Senja Untuk Pacarku; Negeri Senja; Serta Senja dan Cinta yang Berdarah. Dan juga novel Boy Candra yang berjudul: Senja, Hujan, dan Cerita yang Telah Usa; dan Pada Senja yang Membawamu Pergi; dan masih banyak lagi penulis lainnya.

Lewat mata seorang pengembara kata-kata, senja tidak pernah salah kapan ia akan bertandang dan kapan ia harus pulang; menepati harapan tanpa mengumbar janji kepalsuan. Beda dengan kisah tuan rumah yang bimbang harus menyuguhan kopi atau hati pada tamunya yang datang tanpa permisi.

“Orang-orang berhamburan mencari buah diluar takdir
Semua itu, Eva, malah membuat darahku menggelegak
Menjelma sekuntum bunga api yang bersenyawa dengan senja.”
(Kuswadi Syafi’i)

Menghirup keharuman aroma bait-bait puisi itu, saya seperti dihempaskankan ke atas cakrawala ketakterhinggaan dimana kecemasan tentang sebuah pencarian kebeneran telah menempatkan manusia pada titik dimana ia ada pada kesunyian terindahnya. Karena itu, Jalaluddin Rumi dengan jantan menantang: Wahai duka, jika kau punya nyali datanglah ke mari!

Karya sastra bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas penyair dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya. Menyampaikan kenyataan dengan entitas yang berbeda merupakan sebuah kesempurnaan dalam menyampaikan imajinasi, –meminjam bahasanya Seno- “ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara”

Selain tentang keindahan kata-kata, wujud lain dari karya sastra adalah ungkapan yang bernilai estetik, baik dari aspek kebahasaan maupun aspek maknanya. (Mukarovsky, E.E. Cummings, dan Sjklovski)

Tidak ada gejolak yang  lebih dari keremangan senja, kecuali sebuah paradoks indah yang menggoda: dimana langit yang tenang temaram diterangi semburat warna api matahari yang diam-diam melarikan terang pada petang.  Tapi, lebih dari pada itu, suasana hati dan ketenangan jiwa telah menggerakkan raga seorang pujangga pada titik dimana momen faktis berhasil mengabadikan diri menjadi sebuah diksi yang mengabadi.

Bukan maksud melebih-lebihkan senja. Tapi, dalam hal ini penulis yakin Tuhan punya alasan lain memisahkan siang dan malam di atas tapalnya; kadang syahdu, kadang pula begitu sendu. Namun, senja telah banyak mengajarkan aku tentang rindu dan cemburu.

*Penulis adalah kader PMII  Rayon Ashram Bangsa
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Angkatan 2015 (Korp Komando Barisan Revolusi)

0 Response to "Misteri di Balik Kemilau Senja"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel