Islam Cinta dan Kasih

Islam berasal dari kata اَسْلَمَ – يُسْلِمُ – اِسْلَا مًا yang memiliki arti keselamatan, ketaatan, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT. Kemudian dari akar kata اَسْلَمَ – يُسْلِمُ – اِسْلَا مًا  berkembang menjadi :

السَّلْمُ اَوْ سَلَا مٌ  ( perdamaian, kenyamanan, harmonis, ketentraman, kesejahteraan, dan cinta kasih ),

  اِ سْتَسْلَمَ – يَسْتَسْلِمُ – اِسْتِسْلَا مًا اَوْ سَلَّمَ – يُسَلِّمُ – تَسْلِيْمًا ( berserah dan berpasrah kepada Allah Ta’ala ),

سَلِيْمٌ ( bersih dan suci ).

Namun, saat ini Islam sering digambarkan dengan terorisme, kekerasan, kekejaman, tidak toleransi, dan tidak memiliki rasa kemanusiaan. Padahal Islam dan terorisme adalah dua hal yang saling bertentangan. Islam mengajarkan kedamaian dan cinta kasih, sedangkan terorisme adalah tindakan yang tidak berperikemanusiaan.

Lalu, mengapa Islam dianggap terorisme ?, atau sebagian orang alergi terhadap Islam ( islamophobia ) ?. Hal ini terjadi, karena ada beberapa pihak yang mengatasnamakan Islam untuk melegalkan terorisme, sedangkan Islam sendiri mengutuk keras perbuatan tersebut. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi seseorang melakukan tindakan terorisme antara lain :

Kurangnya belajar ilmu agama, sehingga mengakibatkan dangkalnya wawasan keagamaan,

Salah memaknai kata jihad dan qital,

Belajar agama dengan sanad yang tidak jelas,

Adanya pemahaman bahwa terorisme sama dengan berjuang di jalan Allah,

Doktrin bahwa orang yang mati syahid akan masuk surga,

Berhalusinasi akan kejayaan khilafah,

Doktrin bahwa setelah tegaknya kekhalifahan, maka kehidupan masyarakat akan makmur dan sejahtera.

Adapun Islam membolehkan perang itu dalam kondisi – kondisi tertentu seperti, diserang oleh musuh, dianiaya oleh kafir harbi ( kafir yang secara terang – terangan memusuhi Islam ), dsb. Bahkan Islam mengatur dengan detail aturan – aturan perang seperti, tidak boleh membunuh orang kafir atas kemauan nafsu, seperti yang dialami oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib ketika diludahi oleh musuh, namun Sayyidina Ali enggan membunuh musuh yang telah meludahinya, padahal musuh sudah dalam kondisi terdesak. Kemudian musuh bertanya kepada Sayyidina Ali, “Mengapa kamu tidak menghunuskan pedangmu kepada diriku ?”, lalu Ali menjawab, “Aku takut membunuhmu dalam kondisi aku sedang marah dan apabila itu terjadi, maka aku membunuhmu atas kemauan nafsu, padahal aku berperang untuk menegakan kalimat Allah SWT”.

Selain itu, aturan perang adalah tidak boleh mengganggu anak kecil, perempuan, orang tua, tempat peribadatan musuh, dan ahlul kitab. Nah, di sini ada kandungan qiyas aulawi yang menjelaskan bahwa mengganggu saja tidak boleh, apalagi sampai menyerang dan membunuh mereka tentu sangat tidak boleh. Nabi Muhammad SAW dalam banyak kesempatan menghendaki perdamaian dan cinta kasih. Hal ini dapat dibuktikan ketika Nabi membangun Madinah bersama nasrani dan yahudi untuk membela Kota Madinah jika datang serangan dari luar dan memakmurkan penduduk Madinah yang majemuk. Nabi Muhammad SAW menerapkan keadilan kepada semua penduduk Madinah tanpa terkecuali. Dalam piagam Madinah semua anggota kelompok diakui eksistensinya dan dilindungi hak –haknya. Semua memperoleh hak melaksanakan agama dan kepercayaannya tanpa boleh diganggu gugat oleh siapapun.

 

Baktiar Abdul Rozaq, Mahasiswa Hukum Tatanegara


0 Response to "Islam Cinta dan Kasih"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel