Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi
Di era globalisasi yang serba modern, kehidupan berlangsung dalam suatu kondisi dan situasi yang terasa sangat berbeda dengan era sebelumnya. Perbedaan tersebut dialami oleh tiap tubuh menjadi individualis, meski tiap momen secara kontekstual berlangsung dalam waktu dan ruang tertentu secara cepat.Transformasi lokasi, keterbatasan aktifitas yang bersifat lokalitas, serta munculnya berbagai bentuk pengalaman yang sentralistik telah merubah dunia saat ini secara radikal. Banyaknya contoh modernisasi yang terjadi di berbagai bidang kehidupan salah satunya di dunia pendidikan menjadi sebuah keharusan adanya pembaharuan metode pendidikan untuk menyesuaikan kondisi yang sedemikian rupa.
Ada ratusan hingga ribuan lembaga pendidikan formal mulai dari TK /
PAUD, SD / MI, SMP / MTS, SMA / SMK / MA merubah sistem pendidikanya untuk bisa
menghadapi dilematika modernitas. Lain halnya dengan pondok pesantren yang
merupakan sebuah institusi pendidikan islam memiliki metode pendidikan yang
tradisionalis namun masih sangat relevan dan bermutu untuk dijadikan sistem
pendidikan di era globalisasi. Metode pendidikan tersebut adalah metode sorogan
dan metode bandongan.
Yang pertama, metode sorogan merupakan metode pembelajaran individual
dimana santri (peserta didik) harus menyerahkan hasil (sorog) / materi yang
telah dipahami terlebih dahulu secara pribadi kepada Kyai (Pendidik). Kyai
(Pendidik) sebagai penerima hasil perkembangan belajar individual santrinya
harus memberikan suatu umpan balik ataupun pembenaran apabila terjadi kesalahan
dari santri, dalam hal ini Kyai (Pendidik) adalah sumber ilmu. Metode sorogan
bisa dijabarkan sebagai metode pembelaaran individual ( individual learning ).
Yang dimana dalam praktiknya dilaksanakan dalam suatu ruangan dengan adanya
Kyai dan seorang santri yang saling berhadapan dan santri yang lain menyimak
dibelakang sambil menunggu giliran. Santri yang sedang sorogan dengan Kyai
membawa sebuah kitab dengan materi yang sudah ditentukan sebelumnya untuk
dilihat kemampuannya dalam membaca dan menguasai materi yang ada di kitab.
Yang ke dua, Metode Bandongan adalah suatu metode pembelajaran yang
secara bahasa berasal dari ngabandungan yang artinya menyimak,
(memperhatikan) secara seksama. Sedangkan secara istilah adalah transfer
keilmuan di pondok pesantren klasik dengan cara pengajar membacakan kitab,
menerjemahkan dan menerangkan sedangkan para santri menyimak, memahami, dan
mencatat apa yang diajarkan, kemudian santri diberikan kesempatan untuk mendiskusikan
tentang materi yang diajarkan.
Kedua metode tersebut memiliki beberapa nilai keunggulan
diantaranya adalah terjalinya hubungan yang harmonis antara pendidik dan
peserta didik, didapatkannya pemahaman yang baik karena pengajarannya sering
diulang – ulang dan sangat efisian dalam mengajarkan ketelitian suatu materi
yang sulit, kemudian meminimalisir pemahaman yang melenceng dari materi yang
telah ada. Dari keterangan tersebut dapat kita pahami bahwa metode pendidikan
pesantren dalam literatur keilmuan di era globalisasi masih sangat ideal dan
implikasinya sangat bagus dalam upaya pergembangan keilmuan di zaman yang serba
modern.
Faizal Basri, Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga
0 Response to "Pendidikan Pesantren di Era Globalisasi"
Post a Comment