September Hitam: Menggugat G30S (PKI)

 

“Sejarah ditulis oleh para pemenang”

-Napolean Bonaparte-

September adalah bulan sejarah kalang-kabut bangsa Indonesia. Pada tanggal 30 september 1965 tepat pada tengah malam, enam jenderal dan satu perwira Indonesia mati secara mengenaskan dilubang buaya. Nama-nama tersebut adalah Jenderal TNI Ahmad Yani, Letnan Jenderal R. Suprapto, Letnan Jenderal M.T Haryono, Letnan Jenderal S Parman, Mayor Jenderal D.I Pandjaitan, Mayor Jenderal Sutojo Siswomiharjo, Kapten Pierre Tendan.

Sejarah Kemunculan G30S Versi Orde Baru

Kematian yang mengenaskan menyebabkan bangsa Indonesia bertanya-tanya perihal siapa dalang dari kejadian G30S tersebut. Dalam keterangan perwira angkatan darat dan orde baru (ORBA) menyatakan bahwa dalang dari kejadian tersebut adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Perwira angkatan darat dan orba dengan bebas tanpa adanya keputusan sah dari pengadilan menyatakan PKI bersalah atas kejadian tersebut. Legitimasi tersebut  diperoleh dari otoritas mereka sebagai anggota Dewan Jenderal. Atas dasar tersebut, maka kejadian tersebut diabadikan sebagai tragedi gerakan 30 September (G30S/PKI).

Menurut cerita orba pula, G30S adalah upaya PKI dalam melakukan upaya kudeta terhadap kekuasaan yang sah. Akibat dari tudingan tersebut, tentara angaktan darat membunuh seluruh kader PKI. Pembunuhan massal tersebut terjadi dibanyak tempat, seperti Jawa, Aceh, dan Bali. Meskipun soekarno menghimbau untuk tidak melanjutkan peristiwa pembunhan tersebut, para perwira angkatan darat merangkul anggota organisasi sipil non-komunis untuk meberengus seluruh kader PKI.

Sejarah Kemunculan G30S Versi Literatur

Harlod Crouch dalam buku Militer Dan Politik Indonesia (1986) mencatat, gerakan G30S adalah agenda bayangan militer tepatnya pada tubuh angkatan darat. Gesekan antara PKI dengan angkatan darat sudah lama terjadi sebelumnya. PKI sebagai partai yang baru lahir setelah lama dibekukan oleh kolonial belanda menjadi angin segar perubahan pada dunia politik Indonesia.

Dewan Jenderal dibentuk untuk melakukan investigasi kejadian G30S. Mereka menuding PKI sebagai pelaku pembunuhan atas enam jenderal dan satu perwira yang terbunuh. Namun tudingan tersebut tanpa ada alat bukti hukum yang pasti. Tudingan tersebut murni tudingan politis dan bermaksud untuk meruntuhkan pengaruh PKI di panggung politik Indonesia.

Bahkan dalam keterangan Peter Kasenda dalam buku Soekarno Marxisme & Leninisme akar pemikiran kiri & revolusi Indonesia (2014) menyatakn bahwa para jenderal melakukan kudeta terhadap presiden soekarno dengan cara mendalangi peristiwa G30S. dalam kejadian tersebut, dia pun mencatat bahwa ada keterlibatan Centeral Intelligence of America (CIA). CIA memiliki kepentingan untuk melakukan eksploitasi sumber daya alam Indonesia.

Dewan Revolusi

Dewan Revolusi adalah bentuk tindak lanjut dari pembentukan Dewan Jenderal. Dewan revolusi yang diketuai oleh Untung Samsuri memiliki tugas untuk melaksanakan kebijkan-kebijakan presiden Soekarno. Pengumuman itu diikuti oleh pengumuman dekrit presiden pada jam 11 pagi yang menyatakan bahwa kekuasaan wilayah Indonesia telah dialihkan pada dewan revolusi yang akan memegang pemerintahan sampai pemilu dapat diselenggarakan. Dan parahnya presiden Soekarno beserta kabinetnya tidak dimasukkan dalam kabinet tersebut.

Akhirnya, sekitar jam 9, mayor jenderal Soeharto, Panglima Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) menyampaikan pidato singkat di radio dan menyatakan bahwa suatu gerakan kontra revolusioner telah membunuh enam jenderal termasuk panglima angkatan darat Letnan Jenderal Ahmad Yani. Menurutnya, dewan revolusi sebagai suatu kudeta melawan presiden Soekarno dan mengumumkan bahwa dia telah mengambil alih kepemimpinan angkatan darat.

Perlawanan PKI Terhadap Tudingan

Dalam Dokumen Gilchrist, menguraikan perihal keterlibatan Duta Besar Inggris dan Duta Besar Amerika Serikat dalam upaya kudeta presiden Soekarno. Dokumen itu merupakan sebuah konsep telegram yang diketik dari Duta Besar Inggris dan Duta Besar Amerika Serikat, bahwa “kawan-kawan kita dari tentara setemat juga terlibat di dalamnya”. Konsep itu diketik di atas kertas yang biasa digunakan Keduataan Besar Inggris teranggal 24 mei 1965.

Dokumen Gilchrist diperlihatkan Subandrio (ajunan presiden Soekarno dan kader PKI) kepada presiden Soekarno. Dan menurut keterangan Peter Kasenda, hal tersebut terkonfirmasi kepada pihak-pihak yang berkaitan. Soebandrio kemudian memberi kabar kepada anggota-anggota PKI terkait dengan dokumen Gilchrist. Pada tanggal 28 mei 1965 Soekarno mengadakan rapat dengan para panglima tentara, dan mengabarkan bahwasanya Nekolim merencanakan untuk membunuh dia, subandrio, dan ahmad yani.

Refleksi G30S Hari Ini

Gearakan 30 Saptember 1965 adalah kejadian sejarah yang bias konfirmasi. Seperti halnya yang dikatakan oleh Napoleon Bonaparte, bahwa sejarah ditulis oleh para pemenang. Bias konfirmasi sejarah disebabkan oleh kepentingan para penulis sejarah (histiografi). Terdapat banyak argument dan refrensi perihal kejadian tersebut yang sama-sama tak dapat diverivikasi secara sempurna.

Dalam konteks panggung politik Indonesia, yang notabeni adalah negara yang ganderung akan persatuan maka tak cocok apabila kita abai atau menolak perbedaan. Perbedaan ideologi, keyakinan, pilihan politik adalah hal yang tak bisa dilepaskan. Oleh karena perbedaan tersebut tak dapat dilepaskan maka rekonsiliasi untuk membentuk konsensus-konsensus baru yang selaras dengan cita-cita rakyat patut untuk digalakkan.


Penulis: Rizki Maulana Hakim,

0 Response to "September Hitam: Menggugat G30S (PKI)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel