Belajar Mawas Diri dari Iblis



Sumber Foto. okezone.com

Iblis dikatakan sebagai makhluk yang membangkang atas perintah Tuhan. Begitu selesai penciptaan Adam, Tuhan pun menginstruksikan kepada seluruh makhluknya agar bersujud pada penghuni baru surga.

Saat itu hanya satu makhluk yang tidak ikut bersujud pada Adam, dialah Iblis, yang disebut Cak Nun sebagai Syaikhul Kanzul Jannah. Begitu menolak perintah Tuhan untuk bersujud kepada salah satu makhluk, Iblis dicap sebagai ciptaan yang terkutuk.

Setelah kejadian itu, Iblis serta merta sadar akan posisinya dan kemudian berkata, “Ya Rabbku! Beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan!”, maka Tuhan pun mengabulkan permintaan tersebut dengan berfirman “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).” Dari sini, mulailah Iblis menggoda manusia agar berbuat dosa dan maksiat serta melanggar aturan Tuhan.

Tentu kita sadar banyak dari kita bahkan kita sendiripun ikut terbawa alunan bisikan Iblis. Iblis disalahkan karena menjadi penyebab utama manusia jatuh dalam lubang kenikmatan dunia.

Dari sekian banyak dosa yang dilakukan oleh manusia, selalu Iblis yang dianggap menjadi biang keladinya. Mulai dari diturunkannya Adam dan Hawa ke bumi, sampai dosa yang kita lakukan detik ini, Iblis selalu menjadi kambing hitam atas segala dosa yang dilakukan.

Padahal, kalau kita pikir, yang dilakukan oleh Iblis hanyalah menggoda, yuwaswisu fī ṣudụrin-nās, hanya sekedar membisikkan rayuan-rayuan. Ibarat seperti laki-laki yang merayu perempuan, tapi kenapa selalu Iblis yang disalahkan atas semua dosa yang dilakukan oleh manusia. Bahkan seringkali dosa itu dilakukan dengan penuh sadar oleh kita semua.

Dari sini, seharusnya kita mulai sadar akan dua hal yang seringkali dilupakan oleh naluri kita sebagai manusia. Pertama, bahwa Iblis bukanlah pelaku utama dalam terjadinya dosa di muka bumi. Kedua, seharusnya kita sadar bahwa keyakinan kita bisa terbuktikan lewat ujian Iblis pada diri kita. Dua hal yang kita tak pikirkan karena kita berpikir sebagai manusia adalah makhluk yang paling sempurna.

Pada perihal pertama, jika memang iblis adalah pelaku utama terjadinya dosa, seharusnya dosa itu dilakukan tanpa sadar oleh kita, tapi nyatanya kita melakukan dosa dengan mata terbuka dan pikiran yang waras. Dalam kesadaran penuh kita melakukannya!!.

Bukankah ini diakui juga oleh Tuhan, bahwa kejahatan sendiri datang dari jin dan manusia. Lantas bagaimana bisa kita menyalahkan orang lain atas kelalaian kita sendiri. Padahal Iblis melakukan godaan dan bisikannya karena restu dari Tuhan, “Demi keperkasaan-Mu! Aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka”.

Perihal kedua, bahkan seharusnya kita berterima kasih kepada Iblis karena telah mau menguji keyakinan kita pada Tuhan kita, karena tanpa goda rayunya, kita tidak bisa membuktikan kuatnya keyakinan dalam hati kecil kita. Tanpa Iblis, maka makhluk berdosa pun bisa seenaknya masuk ke dalam surga. Iblis bisa dikatakan sebagai penguji siapa yang layak berada di surga disisiNya dan siapa yang pantas menjadi bahan bakar neraka.

Jika dipikir, setiap hari kita caci maki dan laknat Iblis atas dosa yang kita lakukan sendiri, sedang dihadapan Tuhan kita selalu mengaku bahwa saat berdosa, kita khilaf. Bukannya ini adalah sebuah keironian yang mengerikan.

Kita percaya bahwa Iblis dilaknat oleh Tuhan karena kesombongannya, padahal sekarang kita selalu merasa lebih mulia dari Iblis, bisa dikatakan kita berlaku sombong pada Iblis. Dan sekarang, kita masih saja yakin bahwa dengan kesombongan itu, kita akan masuk surga. Bagaimana bisa ?

Disini, kita bisa sadar bahwa seringkali kita menyalahkan pihak lain atas kesalahan yang kita lakukan sendiri. Setiap kesalahan yang kita lakukan selalu kita lemparkan kepada orang lain, agar diri kita tetap bersih dan suci, sekalipun tidak sama sekali. Kita selalu memandang Iblis melalui mata telanjang sehingga yang terlihat adalah keburukan dan kejelekan.

Kalau seperti itu, apa bedanya dengan Adam yang tercipta dari tanah dan debu, dan manusia keturunannya yang diciptakan dari setetes cairan menjijikkan yang disebut mani.


(Penulis)
*Ramadhan Iman Santoso
Ketua Korp Pasko
Rayon Ashram Bangsa 


0 Response to "Belajar Mawas Diri dari Iblis"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel