Adagium Kebosanan

Oleh: Rifki Zidani*
Sumber gambar: http://illustrationfacebook.blogspot.com

Pilkada Serentak

Pesta sebantar lagi akan dimulai
Para undangan saling bertatapan
Siapa hendak akan menjadi pemenang?
Semuanya berpakaian rapi
Agar martabat tak pernah luntur dari jati diri
Satu persatu maju, mebawa lambang demokrasi
Menunjukan visi dan misi demi keadilan dan kesejahteraan yang menjadi janji
Semangat mengembara...
Pidato berapi-api agar bisa terpilih
Karena uang sudah terlanjur dijual dan dibeli
Pesta tak akan berakhir sebelum agama datang menjadi penengah
Atau bahkan alat supaya terkesan ini adalah takdir tuhan
Yang kan terjadi menjadi pemenang untuk berdikari.
Ini negeriku cerita singkat saat pesta demokrasi akan dimulai
Kemenangan adalah hal utama tapi lihatlah
Apakah masih terdengar suara rakyat becerita bahwa keadilan masih ada?
Madura, 12/01/2107


Pemilihan

Bunga api bertebaran di langit menghiasi gelapnya malam
Dalam sebuah penantian akan majunya roda kehidupan
Tahun telah berubah tidak tetap atau sama
Seperti kemarin yang sudah berbahagia atau berduka
Mungkin telah tiba saatnya
Rakyat harus menatap kejadian jenaka atau lara
Yang akan singgah sebagai putusan purna
Demi kasta sebagai simbol "saya kaya, saya bergama ,
saya adil dan saya adalah saya bukan siapa-sipa".
Ini masih belum selesai
Perayaan masih menjelang persiapan
Tapi rasanya sudah mulai panas
Mungkin gesekan kursi yang cepat atau
Bakar-bakar bendera sebagai aksi nyata pembela keadilan yang tertunda
Sudah lah tak usah diperpanjang semoga saja tak saling menghujat
Agar pemilih sama-sama tenang dan rakyat masih suka berbangsa.
Madura, 2018


Adagium Kebosanan

Ada yang mengatakan hal yang paling bosan adalah menunggu.
Sesuatu yang pasti,terbang tak berarah atau hilang ditelan bumi tampa ada tanda-tanda.
Membosankan.....
Saat seteguk rindu hanya menjadi wacana yang terhenti pada penantian
menanggung beban yang berat sehingga raut musung terbingkai di wajah
Seolah ingin melepaskan hati yang gunda pada penat akan tabir kobesanan yang menghasut jiwa
Entahlah.....
Harus bagaimana menghilangkan, jika mendatangkan nyatanya lebih mudah
Dan melepas lebih sulit dari pada meraih
Bosan yang berkepanjangan itu nyata dan ada
Semoga rindu tak pernah bosan pada janjinya untuk kaum adam dan hawa
Madura, 17/01/2018
*Penulis adalah kader PMII Rayon Ashram Bangsa
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Angkatan 2017 (Korp Paramartha)

0 Response to "Adagium Kebosanan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel