Merasa Pintar, Omon-Omon saja Tidak Punya



Sumber foto: harianriau.co

The first method for estimating the intelligence of a ruler is to look at the men he has around him. (Niccolo Machiavelli)

Sebagai Hayawaanun Naatiqun, atau lebih dikenal sebagai makhluk sosial, setiap manusia hidup dalam sebuah kelompok, di mana sikap berkelompok ini adalah sesuatu yang akan terus melekat pada setiap manusia. Naluri ini berkembang sejak manusia pertama kali dilahirkan di dunia. Bahkan pada masa purba, manusia-manusia pada zaman itu diharuskan hidup berkelompok karena ancaman alam yang tidak mampu mereka lalui tanpa adanya suatu kelompok. Nah, karena naluri inilah kemudian muncul sosok-sosok yang dianggap pantas memimpin satu kelompok yang mana sosok ini bertugas dalam menjaga kesejahteraan kelompoknya masing-masing. Jika pada zaman purba atau Praaksara, tugas pemimpin sangatlah sederhana jika dipandang melalui kacamata modern. Pemimpin kelompok alias kepala suku memiliki tanggung jawab dalam memilih lokasi untuk menjadi lokasi tinggal suku tersebut. 

Dalam kehidupan modern, saya kira kita sama-sama memahami bahwa pemimpin suatu kelompok bukanlah sekedar kepala suku, yang memimpin rombongan sukunya pindah dari satu tempat ke tempat lain. Seorang pemimpin modern, seminimal-minimal mungkin harus mampu membual, baik kepada rakyatnya atau kepada kolega di luar kelompoknya. Sebab, jika membual saja ia tak mampu, jangan berharap lebih ia mampu menjalankan tugas kepala suku. Nah, bagaimana dengan pimpinan kita bersama, sahabat ?

Sebagai kader yang telah menjalani proses ber-PMII selama hampir 6 tahun, saya menilai bahwa kesalahan-kesalahan ketua cabang PMII DIY beberapa periode sebelum ini tidaklah begitu buruk. Ada beberapa ketua cabang yang memperpanjang SK periode jabatan menjadi 2 tahun masa kepengurusan, dan ada juga yang merekomendasi dirinya sendiri agar masuk dalam jajaran PB PMII. Bagi saya, dua hal masalah tersebut tidak begitu buruk, jika kita bandingkan dengan Mandataris ketua cabang sekarang, (jawaban atas penggunan diksi mandataris ada dibawah) yang mana jika dibandingkan lagi dengan Pemuda Pancasila maka jelas Pemuda Pancasila lebih berguna dibandingkan dirinya. FYI, saya adalah mahasiswa dengan progam studi Perbandingan Mazhab, jadi saya memiliki legitimasi dalam membandingkan hal-hal di atas. Mengapa saya katakan begitu ?

Mereka yang melakukan perpanjangan SK dengan dalih menyelesaikan Proker, atau merekom-kan diri sendiri masih mampu membual di hadapan kader-kader PMII DIY, bahkan membual kepada Senior Agungnya dan karena bualan yang mereka buat, kader-kader yang hanya mampu menganggukan kepala mempercayai omon-omon tersebut. Bagaimana dengan Mandataris Ketua cabang saat ini ?

Saat tulisan ini saya buat, sudah beberapa kali ia mengambil sumpah jabatan alias melantik pengurus PMII setingkat Rayon dan Komisariat, di mana ia sendiri belum memiliki anggota kepengurusan yang paten. Saya tidak perlu repot-repot menjawab pertanyaan sahabat-sahabat semua, terkait apakah pengurus Cabang DIY sudah dilantik atau belum. Menyitir judul sebuah buku karya Rusdi Mathari, Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya, maka kalimat tersebut berubah menjadi, Jangankan Dilantik, Kepengurusan Saja Tak Punya. Dengan hal ini, maka menjawab pertanyaan sahabat sekalian, apakah kriteria paling minimal seorang pemimpin, yaitu mampu membual dimiliki oleh Mandataris Ketua cabang sekarang ? silahkan sahabat-sahabat nilai sendiri.

Sebelum saya menyelesaikan omon-omon ini, ada sebuah nasehat dari seorang Niccolo Machiavelli di mana kalimat itu sudah saya kutip di atas dengan bahasa Inggris. Jika Pimpinan membaca omon-omon ini dan tidak mengerti arti kalimatnya, biar saya terjemahkan sekaligus,

"Metode pertama untuk memperkirakan kecerdasan seorang penguasa adalah dengan melihat orang-orang yang ada di sekitarnya."

 Kalimat di atas saya kutip agar Pimpinan tidak menyalahkan diri sendiri, walaupun itu memang sudah seharusnya, tapi ada jasa orang-orang “di sekitar” Pimpinan yang juga membuat Pimpinan terlihat lebih rendah dari Pemuda Pancasila yang sering kita jadikan meme.

Penulis: Ramadhan Iman S-enior antoso (Kader PMII)

Redaktur: Ar Ridha

0 Response to "Merasa Pintar, Omon-Omon saja Tidak Punya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel