Pengumuman Juara Lomba Cipta Puisi Bertema “Ibu; Wanita Kuat Perempuan Hebat” Bersama KOPRI KAPASH 2020.

Hai para penyair yang baik dan budiman!

Tibalah pada saat yang kita nanti-nantikan bersama. Pengumuman pemenang lomba cipta puisi nasional bertema “Ibu; Wanita Kuat Perempuan Hebat” yang diadakan oleh Kopri Kapash (Komunitas Perempuan Syariah dan Hukum) dalam rangka memperingati hari Ibu.

Lomba yang dimulai dari tanggal 17 Desember 2020 s.d. 24 Desember 2020 ini diikuti sebanyak 420 orang peserta.

Terimakasih kepada seluruh peserta yang telah berpartisipasi dalam lomba ini, untuk itu, sebagai penghargaan atas segala apresiasi peserta yang sudah menjejakkan puisinya kami memberiukan e-sertifikat bagi seluruh peserta. E-sertifikat tersebut bisa diunduh di http://drive.google.com/file/d/1-e_dR8AO0FSp-_fWSaMPugZkzinGz-e6/view?usp=drivesdk

Seluruh naskah yang masuk tersebut, kami nilai dari seleksi berdasarkan kriteria sebagai berikut;

1.     Memiliki kesesuaian dengan tema

2.     Ejaan Bahasa Indonesia

3.     Gaya penulisan dan pemilihan diksi menarik

4.     Keutuhan dan keselarasan

5.     Kedalaman pesan

Sebelum naskah puisi diberikan kepada dewan juri untuk dilakukan penilaian, kami dari tim Kopri KAPASH terlebih dahulu melakukan berupa pemeriksaan persyaratan dan ketentuan lomba. Peserta yang lolos seleksi administrasi tersebut yang kami serahkan kepada dewan juri.

Hasil keputusan juri pemenang lomba cipta puisi dalam rangka memperingati hari ibu 2020 sebagai berikut:

Juara 1

M. Rifdal Ais Annafis

Ibu: Kisah-kisah Luka dan Cinta

Kisah Pertama

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh// Lewati rintang untuk aku anakmu//

Ibuku sayang masih terus berjalan// Walau tapak kaki// Penuh darah penuh nanah//

-Iwan Fals

Maka aku pertaruhkan riap doa yang mungkin bermula

Dari jalan-jalan panjang, sejauh bulan-bulan memungut Tahun

Kaki kemayu dalam langkah tulus membunyikan hari dari tudung dapur

: “Ayo bangun, pagi-pagi sudah tidur lagi. Sarapan di dapur.”

 

Seumpama percik embun dari daun-daun Sorga

Kau bersikeras memanggul sisa nasib setelah ayah berangkat kerja

Menepikan kicau-kicau burung di kepala, lalu hidup tiba dengan sepotong senyum

: Menyapu, mencuci, menanak, sambil mencium ubunku tiap pagi

 

Kisah Kedua

Ingin kudekap// dan menangis di pangkuanmu//

Sampai aku tidur// bagai masa kecil dulu//

 

Kemudian hari-hari setelahnya adalah kesedihan suara jantung

Sesederhana kekalahan-kekalahan pejantan dengan asal mula cinta

Yang gagal aku percaya bermuara dari hangat pelukmu, Ibu

: Sebuah sungai air mata membelah kedunguanku

 

Maka rindu umpama sekuntum bunga, menolak tiba ke jauh hari

Agar tubuh ringkihmu bisa aku rangkul di hari Tua nanti dengan moksa

“Siapa yang berani menumbuhkan luka di punggung dan kepalamu

 adalah basuh darah di tanganku!”

 

Kisah Ketiga

Lalu doa-doa// baluri sekujur tubuhku//

Dengan apa membalas// Ibu… Ibu…

 

Hingga jarak menjauhi kenangan gelak tawa di beranda rumah

Lalu ekor-ekor matahari menciumi garis-garis kota ini

Engkau kirimkan lantun doa bersama surat cinta yang aku pinta

Dengan sebilah tangis, mengiris.

 

Buk, aku juga rindu! Memeluk tubuhmu dengan cinta yang Maha itu

Tetapi kau tau, setiap hidup adalah air mata yang berusaha kita pelihara

Dan doa-doa itu sebagai hakikat cinta seutuhnya: Selamat Hari Ibu, Buk!

Sumenep, 22 Desember 2020

Juara II

Hendri Krisdiyanto

Jogja dan Angkringan buat Ibu

 

Langit malam jogja, bu

adalah bulir ingatan tentang engkau

selain tungku, dari dadaku

menyala api rindu

dan membakar seluruh aku

 

Udara Jogja dingin, bu

aku sedang makan

dan angkringan selalu punya cara

memunculkanmu setidaknya dalam ingatan

 

Engkau rumah paling ramah

dari doaku yang sempurna,

tempat mencurahkan resah

saat gelisah

 

Di sini jalanan ramai, bu

dan apa-apa yang kujangkau dalam pandang

terlihat sebagai engkau.

 

Yogyakarta, 2020

 

Juara III

J. Akid Lampaca

Sajak Cinta Kepada Ibu

I

bendungan dalam sajak ini

yang dibangun dengan seribu tetes cinta

seratus doa dan upacara musim

pada sebuah almanak yang kering,

telah sempurna membuat rindu beriak lengking.

 

dalam sajak ini

telah aku susun pecahan sunyi

dari suluk bayang dan keindahan kitab suci

sebagaimana aliran embun-embun

selalu saja berakhir di pucuk daun.

 

II

mesti aku hikayatkan

senampan kisah jasamu

yang berenang di genangan kesedihan

saat siang datang mewarnai kelaparan

aku turut merasakan

barapa kedukaan yang tumbuh di ladang.

 

inilah sajakku, Ibu

bercampur pekat keringat cinta

mengalir deras melebihi takdir

di tubuh sungai yang mulai kering.

 

III

dalam sajak ini

kenangan  sering pula berjatuhan

mengenal lembut halaman,

mengenal aroma tanah dan siur angin rendah

yang senantiasa mengajariku warna tabah.

 

berapa alamat jatuh membasahi sajak ini

ketika selembar duka mencatat rindu

ketika kupu-kupu menghirup sari mawar

tak ada keindahan selain memanjatkan

desah doa cinta yang penuh penyesalan.

Lubtara,2020

Kepada sahabat-sahabat yang terlibat dalam cipta puisi ini, saya ucapkan selamat. Jangan ragu melangkah, keraguan lahir karena akalmu menimbang-nimbang. Pejamkan mata, alami dengan hati, biarkan ia tunjukkan jalannya.

Lailatur Qomariyah, S.E. Penulis buku dan esais serta salah satu dewan juri

0 Response to "Pengumuman Juara Lomba Cipta Puisi Bertema “Ibu; Wanita Kuat Perempuan Hebat” Bersama KOPRI KAPASH 2020."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel