Peran Mahasiswa Menanggapi Problematika Negara

Oleh: Rifky Zidani
Sumber gambar: http://indokampus.com
Bung Hatta bertanya, mengapa setelah peristiwa-peristiwa besar sering tidak menemukan perubahan penting? Jawabannya, "Sang abad melahirkan masa penting tapi masa penting itu ketemu generasi kerdil" - Friedch Von Schille (1759-1805)

Dewasa ini, negara Indonesia dirundung pelbagai problamatika yang membuat stabilitas negara tidak efektif, baik dari sisi politik, maupun sosial. Negara bekas jajahan Belanda yang terkenal sebagai paru- paru dunia pada dasarnya mempunyai potensi untuk mengembangkan apa yang seharusnnya menjadi target dari bangsa maritim ini, namun realitanya sangat memprihatikan. Dikarenakan, lemahnya sikap dan kebijakan sebagian pemerintah yang arogan mementingkan pribadinya sehingga berdampak pada stabilitas negara yang makmur.

Sejenak menoleh pada sejarah, kemerdekaan bangsa Indonesia tidak lepas dari peran pahlawan dan juga perjuangan pemuda-pemuda Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaan. Salah satu contohnya adalah kejadian pada tanggal 28 Oktober 1928, pemuda dari berbagai pulau berikrar untuk bersatunya sebuah negeri, ikrar itu biasa dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda yang bertujuan untuk tercapainya sebuah pembebasan dari imprealisme dan kolonialisme.

Oleh itu, Sumpah Pemuda mendapat apresiasi langsung dari Sang Proklamator, Ir. Soekarno, bertepatan pada peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-35,  pada tanggal 28 Oktober 1965, di Jakarta, beliau berkata dalam pidatonya "jangan warisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekedar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, bangsa, dan tanah air. Tapi, ini bukan tujuan akhir." Kesimpulanya, esensi dan subtansi dari perkataan tersebut adalah pemuda sebagai agen perubahan dengan potensi intelektual yang dimilikinya mempunyai kewajiban untuk mengubah suatu nasib dan alur bangsa menjadi lebih baik sebagaimana cita-cita dasar negara republik Indonesia.

Dalam hal ini, mahasiswa juga termasuk katogeri pemuda, namun pertanyaannya, apakah harapan besar sebuah bangsa yang menjadi beban pundak bisa dicapai olehnya? Jika sikap apatis masih tertanam kokoh dalam jiwa, serta mempunyai menganggap bahwa mahasiswa hanya untuk mendapat pengakuan dengan keangkuhan. Maka, jangan pernah punya harapan bangsa ini akan sentosa seperti yang diimpikan.

Akhir-akhir ini, negara carut-marut karena banyaknya kasus tindak pidaa, persoalan agraria, munculnya kelompok-kelompok radikal yang memecah-belah keutuhan berbangsa dan bernegara, serta masih banyak lainya yang menjadi buah bibir bangsa ini sendiri. Hukum menjadi hal yang paling tinggi dan harus dipatuhi, namun semua sirna, hukum hanya dijadikan instrument panggung dagelan bagi para aktor elit politik. Seperti halnya kasus tindak pidana korupsi E-ktp yang didalangi oleh Setnya Novanto selaku ketua umum partai Golkar dan juga gerakan radikalisme OPM Di Papua, belum lagi bencana alam yang terjadi di sebagian daerah Indonesia. Dari sinilah kesadaran diri sepatutnya muncul sebagai penerus dari cita-cita negeri yang mendambakan kesejahteraan.

Sikap dan peran pemuda terutama mahasiswa sangat dibutuhkan dalam seluruh lini, karena dari hal ituah sebagai genarasi harus  mempunyai jiwa nasionalis yang tinggi serta kepedulian akan sesama, bukan saling menjatuhkan karena sikap egoisme yang berlebihan.

Dalam lingkup umum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa: Pertama, mengasah kemampuan reflektif dengan mengembangkan perannya sebagai kaum intelektual dengan memperkaya wawasan dengan membaca, menulis, dan berdiskusi; Kedua, mengambil peran pada setiap gerakan sosial sebagai bentuk implementasi dari apa yanga sudah menjadi pemahaman, tidak hanya wacana yang selalu dijanjikan seperti politisi negara yang tidak mempunyai responbilitas; Ketiga, merekonstruksi kesadaran mahasiswa untuk berkonsitusi dalam wujudnya yang paling konkrit, prinsip persatuan dalam konsep negara konstitusi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Pada akhirnya, nasib bangsa Indonesia tidak boleh di gantungkan akan tetapi semua harus terealisasi secara matang bukan cuma adegan-adegan buruk yang menjadi warna negara ini, apalagi poltik yang sepertinya sudah basi karena tangan-tangan yang mementingkan rekayasa daripada relaita demi kekuasaan yang pada dasarnya hanya titipan Yang Maha Esa.


*Penulis adalah kader PMII Rayon Ashram Bangsa
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Angkatan 2017 (Korp Paramartha)


0 Response to "Peran Mahasiswa Menanggapi Problematika Negara"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel